Leptospirosis adalah
penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Penyakit Leptospirosis ini pertama
kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi
disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa.
Leptospirosis merupakan
penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease) Urin (air
kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama
penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.
Leptospirosis terjadi
di seluruh dunia,baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis
maupun subtropis . Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang bekerja
di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter
hewan, dan personel militer . Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap
individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, puncak
kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.
Di Indonesia,
penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan
banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air,
lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang
menyebabkan mudahnya bakteri Leptospiraberkembang biak. Air kencing tikus
terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang
terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan
reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak
sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain
seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis,
tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Angka kematian Leptospirosis di
Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45 persen. Pada usia lebih dari 50
tahun kematian mencapai 56 persen. Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan
antara 3 persen – 54 persen tergantung sistem organ yang terinfeksi
Gejala Leptospirosis
Masa inkubasi Leptospirosis pada
manusia yaitu 2 – 26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang
sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan
diagnosa
Perjalanan penyakit
Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase
imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik.
Selain itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang
berat.
Gejala dini Leptospirosis umumnya
adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah.
Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi
menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Ada penderita Leptospirosis yang
lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan
ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan
perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir. Pembengkakan selaput otak atau
Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi. Kebanyakan penderita
yang sakit parah memerlukan rawat inap dan Leptospirosis yang parah malah ada
kalanya merenggut nyawa.
Pencegahan Leptospirosis
Yang pekerjaannya menyangkut binatang:
• Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air.
• Pakailah pakaian pelindung misalnya sarung tangan, pelindung atau perisai mata, jubah kain dan sepatu bila menangani binatang yang mungkin terkena, terutama jika ada kemungkinan menyentuh air seninya.
• Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang mati di dalam maupun digugurkan atau dagingnya.
• Mandilah sesudah bekerja dan cucilah serta keringkan tangan sesudah menangani apa pun yang mungkin terkena.
• Jangan makan atau merokok sambil menangani binatang yang mungkin terkena. Cuci dan keringkan tangan sebelum makan atau merokok.
• Ikutilah anjuran dokter hewan kalau memberi vaksin kepada hewan.
Yang pekerjaannya menyangkut binatang:
• Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air.
• Pakailah pakaian pelindung misalnya sarung tangan, pelindung atau perisai mata, jubah kain dan sepatu bila menangani binatang yang mungkin terkena, terutama jika ada kemungkinan menyentuh air seninya.
• Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang mati di dalam maupun digugurkan atau dagingnya.
• Mandilah sesudah bekerja dan cucilah serta keringkan tangan sesudah menangani apa pun yang mungkin terkena.
• Jangan makan atau merokok sambil menangani binatang yang mungkin terkena. Cuci dan keringkan tangan sebelum makan atau merokok.
• Ikutilah anjuran dokter hewan kalau memberi vaksin kepada hewan.
Untuk yang lain:
• Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni binatang.
• Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air kencing binatang.
• Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.
• Pakailah sarung tangan bila berkebun.
• Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni binatang.
• Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air kencing binatang.
• Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.
• Pakailah sarung tangan bila berkebun.
• Halaulah binatang
pengerikit dengan cara membersihkan dan menjauhkan sampah dan makanan dari
perumahan.
• Jangan memberi anjing jeroan mentah.
• Cucilah tangan dengan sabun karena kuman Leptospira cepat mati oleh sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.
• Jangan memberi anjing jeroan mentah.
• Cucilah tangan dengan sabun karena kuman Leptospira cepat mati oleh sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.
Sumber: Wikipedia
dan Berbagai Sumber
0 komentar:
Posting Komentar